Terapi infeksi jamur
Terapi infeksi jamur sistemik dan infeksi jamur yang menyebar sebaiknya di bawah supervisi dokter spesialis.
Aspergilosis. Aspergilosis umumnya menyerang saluran nafas, namun pada pasien immunocompromised berat, bentuk invasifnya dapat mengenai sinus, jantung, otak dan kulit. Vorikonazol merupakan obat pilihan; amfoterisin (formulasi liposomal lebih disukai bila terjadi gangguan ginjal) dan itrakonazol merupakan alternatif pada pasien yang gagal diterapi dengan amfoterisin.
Kandidiasis. Umumnya infeksi kandida pada permukaan kulit dapat diatasi dengan terapi lokal, sedangkan untuk infeksi yang meluas atau yang sulit memerlukan terapi antijamur sistemik. Infeksi jamur pada vagina dapat diatasi dengan terapi antijamur lokal atau dengan flukonazol oral. Untuk organisme yang resisten, dapat diberikan itrakonazol oral. Infeksi jamur pada orofaringeal umumnya memberikan respon terhadap terapi lokal. Flukonazol oral diberikan untuk infeksi yang tidak memberikan respon. Flukonazol efektif dan dapat diabsorbsi dengan baik. Itrakonazol dapat digunakan untuk infeksi yang resisten terhadap flukonazol. Untuk infeksi jamur yang dalam dan menyebar, dapat digunakan infus amfoterisin intravena tunggal. Vorikonazol terutama digunakan untuk infeksi oleh Candida spp yang resisten terhadap flukonazol (termasuk C. krusei).
Kriptokokosis. Infeksi ini jarang terjadi, namun infeksi pada pasien immunecompromised, terutama pasien AIDS, dapat mengancam jiwa. Meningitis kriptokokus merupakan penyebab yang paling umum pada infeksi meningitis karena jamur. Terapi pilihan untuk meningitis kriptokokus adalah infus amfoterisin intravena selama 2 minggu, dilanjutkan dengan flukonazol oral selama 8 minggu sampai hasil kultur negatif.
Histoplasmosis. Infeksi ini jarang terjadi pada daerah dengan suhu panas. Pada pasien infeksi HIV, infeksi ini dapat mengancam jiwa. Itrakonazol dapat digunakan untuk terapi infeksi indolent non-meningeal pada pasien imunokompeten termasuk histoplasmosis paru kronis. Ketokonazol merupakan terapi alternatif pada pasien imunokompeten. Infus amfoterisin intravena lebih disukai pada pasien dengan infeksi berat atau nyata. Setelah terapi berhasil, itrakonazol dapat diberikan untuk mencegah terjadinya kekambuhan.
Infeksi kulit dan kuku. Infeksi jamur ringan dan lokal pada kulit (termasuk Tinea corporis, Tinea cruris, dan Tinea pedis) dapat diatasi dengan terapi topikal (13.10.2). Terapi sistemik (itrakonazol atau terbinafin) digunakan jika terapi topikal tidak dapat mengatasi infeksi jamurnya, infeksi terjadi di banyak area, atau infeksi sulit diobati, seperti infeksi pada kuku (onchomycosis) atau kulit kepala/ketombe (tinea capitis). Griseofulvin digunakan untuk Tinea capitis pada dewasa dan anak. Griseofulvin efektif terhadap infeksi yang disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan Microsporum spp. Obat ini telah digunakan secara luas untuk mengatasi tinea di berbagai bagian tubuh. Namun, sekarang ini sudah banyak digantikan oleh antijamur yang lebih baru. Anti jamur triazol (terutama itrakonazol) atau imidazol oral dan terbinafin lebih sering digunakan karena memiliki spektrum kerja yang lebih luas dan memerlukan lama terapi yang lebih singkat. Tinea capitis diobati secara sistemik, tetapi untuk mengurangi penularan dapat ditambahkan anti jamur topikal. Pityriasis versicolor dapat diatasi dengan itrakonazol oral jika terapi topikal tidak efektif. Flukonazol oral merupakan alternatif. Terbinafin oral tidak efektif untuk mengatasi Pityriasis versicolor. Terbinafin dan itrakonazol sudah menggantikan griseofulvin untuk terapi sistemik pada onychomycosis terutama pada kuku ibu jari. Terbinafin merupakan obat pilihan utama, sedangkan itrakonazol diberikan sebagai terapi intermittent pulse.
Pasien immunocompromised memiliki risiko yang tinggi untuk terinfeksi jamur, oleh sebab itu diperlukan profilaksis antijamur. Imidazol oral atau antijamur triazol merupakan obat pilihan untuk profilaksis. Flukonazol lebih mudah diabsorpsi daripada itrakonazol dan ketokonazol serta lebih aman dibanding ketokonazol untuk terapi jangka panjang. Infus amfoterisin intravena digunakan untuk terapi empiris pada infeksi jamur serius. Flukonazol digunakan untuk mengatasi infeksi Candida albicans.
Obat yang digunakan untuk infeksi jamur
GOLONGAN POLIEN. Termasuk dalam golongan ini adalah amfoterisin dan nistatin. Keduanya tidak diabsorpsi secara oral. Obat ini digunakan untuk infeksi oral, orofaringeal dan perioral yang diberikan secara topikal di mulut.
Infus amfoterisin intravena digunakan untuk infeksi jamur sistemik dan aktif terhadap sebagian besar jamur dan ragi. Obat ini terikat kuat pada protein plasma dan penetrasinya ke dalam jaringan dan cairan tubuh buruk. Amfoterisin bersifat toksik dan efek samping sering terjadi. Sediaan amfoterisin dalam lipid bersifat kurang toksik dan direkomendasikan bila sediaan konvensional dikontraindikasikan karena toksisitasnya, terutama nefrotoksisitas atau jika respon terhadap amfoterisin konvensional tidak memuaskan.
Nistatin terutama digunakan untuk infeksi Candida albicans di kulit dan membran mukosa, termasuk untuk kandidiasis pada usus dan esofageal.
GOLONGAN IMIDAZOL. Termasuk dalam golongan imidazol, klotrimazol, ketokonazol, ekonazol, sulkonazol dan tiokonazol. Obat-obat ini digunakan untuk terapi lokal kandidiasis vagina dan untuk infeksi dermatofit.
Ketokonazol pada pemberian oral diabsorpsi jauh lebih baik dibandingkan dengan golongan imidazol lainnya. Namun obat ini telah dilaporkan berkaitan dengan kejadian hepatotoksisitas yang fatal. Untuk pemberian per oral, risiko dan manfaat ketokonazol sebaiknya dipertimbangkan secara hati-hati terutama yang berkaitan dengan hepatotoksisitas. Oleh karena itu diperlukan pengamatan klinik dan laboratorium. Pemberian per oral tidak untuk infeksi superfisial.
Mikonazol dapat digunakan secara topikal untuk infeksi pada rongga mulut. Obat ini juga efektif untuk infeksi usus. Absorpsi sistemik dapat terjadi pada penggunaan gel mikonazol oral sehingga dapat menimbulkan interaksi obat yang bermakna.
GOLONGAN TRIAZOL. Termasuk golongan ini adalah flukonazol dan itrakonazol.
Flukonazol diabsorpsi sangat baik setelah pemberian oral. Penetrasi obat ini pada cairan serebro spinal cukup baik sehingga dapat digunakan untuk mengatasi meningitis fungal.
Itrakonazol aktif terhadap semua bentuk infeksi dermatofit. Kapsul itrakonazol memerlukan kondisi asam dalam lambung untuk mendapatkan absorpsi yang optimal. Itrakonazol dapat menyebabkan kerusakan hati dan sebaiknya dihindari atau digunakan secara hati-hati pada pasien dengan penyakit hati, termasuk pasien anak. Flukonazol lebih jarang menyebabkan hepatotoksisitas. Vorikonazol merupakan antijamur dengan spektrum luas dan diindikasikan untuk infeksi yang mengancam jiwa.
ANTI JAMUR LAIN
Griseofulvin efektif dalam mengatasi infeksi dermatofit yang meluas dan sulit diobati, namun penggunaannya telah banyak digantikan oleh antijamur yang lebih baru, terutama pada infeksi kuku. Obat ini merupakan pilihan utama pada infeksi trichophyton pada anak. Lama terapi tergantung pada tempat infeksi dan dapat berlangsung selama berbulan-bulan. Terbinafin merupakan obat pilihan untuk infeksi jamur pada kuku dan juga untuk mengatasi kurap.